Review Film Sah! Katanya… (2025): Ketika Tradisi, Komedi, dan Cinta Bertabrakan
Dalam balutan duka dan tradisi, film Sah! Katanya… (2025) menceritakan perjalanan Marni (Nadya Arina), si bungsu dalam keluarga, yang dipaksa menikah dengan Marno (Dimas Anggara) tepat di hari wafatnya sang ayah, Dipo.
Meski Marni sudah memiliki kekasih hati, ia dihadapkan pada dilema besar antara memenuhi wasiat sang ayah atau memperjuangkan cintanya sendiri.
Cerita ini bergulir selama tiga hari penuh, menggambarkan konflik antara tradisi keluarga, tekanan sosial, dan suara hati pribadi. Dengan latar budaya Jawa yang kuat, film ini membawa kita pada sebuah roller coaster emosi: dari gelak tawa ke haru biru.
Ulasan Lengkap Sah! Katanya…
1. Penyutradaraan: Sentuhan Humanis dan Kritis
Disutradarai oleh Loeloe Hendra Komara, Sah! Katanya… menampilkan pendekatan unik. Alih-alih memilih melodrama berat, Loeloe membungkus isu serius ini dengan lapisan komedi absurd dan drama ringan.
Namun, pendekatan ini tidak selalu mulus. Paruh pertama film terasa penuh dengan komedi receh yang sesekali terasa dipaksakan. Beberapa adegan terasa berputar-putar tanpa arah jelas, membuat pacing film sedikit lambat.
Tetapi memasuki paruh kedua, terutama setelah adegan “scene marah” Marni, film mulai menemukan ritmenya. Drama keluarga semakin menguat, dengan lapisan emosi yang lebih dalam, membuat film terasa lebih relevan dan menyentuh.
2. Naskah & Penulisan Cerita
Penulisan naskah oleh Dirmawan Hatta, Loeloe Hendra Komara, dan Sidharta Tata patut diapresiasi. Mereka berani mengangkat tema berat seperti tekanan keluarga, hutang tradisi, dan dilema perempuan dalam struktur patriarkis.
Dialog-dialog terasa hidup dan mengalir alami, walaupun beberapa humor di awal terasa repetitif.
Konflik moral yang dihadirkan juga tidak hitam-putih. Penonton diajak melihat berbagai sisi permasalahan: tradisi, cinta, bakti, dan harga diri. Ini memperkaya lapisan cerita dan membuat film ini lebih dari sekadar tontonan ringan.
3. Akting Para Pemeran
Nadya Arina tampil luar biasa sebagai Marni. Performanya matang, menampilkan spectrum emosi dari kesedihan mendalam hingga keputusasaan tanpa berlebihan.
Dimas Anggara sebagai Marno tampil simpatik, dengan gestur sederhana yang memperlihatkan kebingungan dan ketulusan.
Calvin Jeremy (Adi) juga tampil kuat sebagai simbol jalan yang seolah lebih mudah namun penuh konsekuensi.
Pemeran pendukung seperti Della Dartyan dan Landung Simatupang memberikan performa solid yang memperkuat atmosfer lokal film ini. Tak ada karakter yang terasa “tempelan”; semuanya punya peran.
4. Sinematografi & Visual
Sinematografi dalam film ini menonjol dengan pemilihan warna-warna dingin, pencahayaan natural, dan framing sempit untuk menonjolkan tekanan emosional.
Pengambilan gambar di ruang-ruang kecil seperti rumah duka dan setting desa Jawa terasa otentik dan memperkuat tema keterikatan tradisi.
Ada beberapa shot yang indah dan simbolik, seperti gaun pengantin sederhana Marni di tengah suasana duka yang absurd. Ini memperkuat pesan ironi yang ingin disampaikan.
5. Musik dan Tata Suara
Musik scoring film ini subtil dan minimalis. Tidak ada musik bombastis; justru sunyi menjadi alat utama membangun atmosfer emosional.
Tata suara efektif dalam memperdalam nuansa sunyi, tekanan, dan absurditas situasi yang dihadapi karakter.
6. Wardrobe dan Artistic Direction
Penataan busana sangat realistis dan selaras dengan karakter dan latar film. Kostum Marni, Marno, dan karakter lain memperlihatkan status sosial dan nuansa tradisi lokal tanpa terlihat berlebihan atau dibuat-buat.
7. Tema dan Pesan Moral
Film ini tidak hanya tentang cinta atau komedi absurd, tapi juga kritik sosial tajam terhadap budaya yang membebani generasi muda.
Tradisi yang seharusnya menjadi warisan positif malah bisa berubah menjadi beban berat jika dijalankan tanpa refleksi kritis.
Sah! Katanya… mengajak penonton untuk berpikir ulang tentang hubungan antara cinta, bakti, dan kebebasan memilih.
Kelebihan Film Sah! Katanya…
✅ Akting kuat, terutama dari Nadya Arina.
✅ Kritik sosial cerdas dan relevan.
✅ Visual dan simbolisme efektif.
✅ Suasana budaya Jawa terjaga dengan apik.
✅ Drama dan emosi kuat di babak kedua dan ketiga.
Kekurangan Film Sah! Katanya…
❌ Pacing lambat di awal.
❌ Komedi slapstick terlalu menumpuk dan repetitif.
❌ Transisi dari komedi ke drama kadang terasa kurang halus.
❌ Ada beberapa potensi konflik yang bisa lebih digali.
Prediksi Platform Streaming Sah! Katanya…
Saat artikel ini ditulis, film ini belum tersedia di platform streaming.
Namun, berdasarkan tren film Indonesia terbaru, diprediksi Sah! Katanya… akan segera hadir di:
-
Netflix Indonesia
-
Disney+ Hotstar
-
Amazon Prime Video Indonesia
-
KlikFilm
Untuk pantauan real-time ketersediaan streaming, kunjungi:
🔗 JustWatch Sah! Katanya…
Rating Pribadi
⭐️⭐️⭐️ (3 dari 5 bintang)
Film ini cukup menghibur, reflektif, emosional, dan menawarkan perspektif baru soal tradisi dan cinta. Meski ada beberapa kekurangan, secara keseluruhan Sah! Katanya… layak ditonton di bioskop ataupun nantinya secara streaming.
Kesimpulan
Sah! Katanya… adalah salah satu film Indonesia yang berhasil menyajikan cerita berat dengan pendekatan yang ringan namun bermakna.
Meski pacing di awal sedikit menguji kesabaran, film ini berhasil membayar semuanya dengan kedalaman emosional dan pesan sosial yang kuat di paruh akhirnya.
Dengan penyutradaraan yang sensitif, naskah reflektif, akting yang kuat, serta visualisasi yang efektif, Sah! Katanya… menjadi tontonan yang tidak hanya menghibur, tapi juga mengajak penonton merenung.
Bagi Anda yang mencari film lokal berkualitas dengan rasa budaya yang kental, Sah! Katanya… adalah pilihan yang tepat.
Sudah siap bergelak tawa, berurai air mata, dan merenung tentang makna hidup dan tradisi?
Tonton Sah! Katanya… di bioskop terdekat atau nantikan segera di layanan streaming favorit Anda!
Dan jangan lupa pantau terus jadwal ketersediaannya di JustWatch!