Review Film “Mangku Pocong” (2025): Parade Pocong dan Plot Twist yang Mengguncang
Film “Mangku Pocong” garapan sutradara Chiska Doppert membawa kita ke dalam kisah kelam Hendri dan Nurul, dua bersaudara yang harus kembali ke kampung halaman mereka setelah sekian lama. Kepulangan ini dipicu oleh kondisi kritis sang ayah, Mardi, yang kemudian meninggal dunia secara misterius. Dalam upaya bertahan hidup di tengah kesulitan ekonomi, Hendri dan Nurul mencoba meneruskan usaha rumah makan warisan ayah mereka.
Namun, usaha ini malah membuka pintu teror gaib yang mengancam nyawa mereka. Pocong demi pocong muncul, membayang-bayangi hari-hari mereka dengan kengerian. Perlahan, mereka menemukan fakta mencengangkan: warung makan keluarga mereka dibangun dengan pesugihan gelap, dengan tumbal darah sebagai bayarannya.
Ulasan Pribadi: Antara Hiburan, Kengerian, dan Keabsurdan
Saya menonton “Mangku Pocong” dengan ekspektasi rendah, siap untuk menyaksikan film horor lokal yang biasa muncul tiap Kamis. Tapi, kejutan datang. Walaupun film ini tetap memiliki banyak kekurangan, ia jauh dari kata “film sampah” seperti yang sempat saya bayangkan.
Awal Film yang Menarik Tapi…
Adegan pembuka menampilkan Pak Mardi memasak nasi goreng menggunakan “iler pocong” — sebuah ide absurd namun cukup berhasil membangkitkan rasa penasaran. Sayangnya, seiring berjalannya film, ritme ceritanya mulai terasa tidak konsisten. Akting para pemeran, khususnya saudara-saudara Pak Mardi, terasa kaku. Apakah ini disengaja demi menciptakan kesan misterius? Tidak jelas.
Parade Pocong di Mana-Mana
Yang membuat “Mangku Pocong” tetap menghibur adalah parade pocong yang terus bermunculan sepanjang film. Dari pocong bergelantungan di plafon hingga pocong jatuh dari atas, setiap jump scare terasa seperti pesta karnaval hantu. Ini mungkin film dengan jumlah pocong terbanyak dalam satu produksi.
Kehadiran pocong yang terus-menerus ini bahkan terasa seperti karakter utama tersendiri. Tata rias pocong pun bervariasi; ada yang putih bersih, ada pula yang hitam legam. Kreativitas ini layak diapresiasi meski dalam balutan budget terbatas.
Setting Jawa Tengah dan Dialek yang Dipaksakan
Setting di Jawa Tengah seharusnya memberikan nuansa lokal yang kuat. Namun, usaha memaksakan aksen Jawa pada aktor yang jelas-jelas berdialek Sunda malah membuat film ini terasa aneh. Alih-alih memperkuat atmosfer, aksen yang dipaksakan ini justru merusak konsistensi cerita.
CGI dan Tata Produksi: Antara Kreatif dan Murahan
Tak bisa dipungkiri, CGI dalam film ini jauh dari kata mulus. Efek visual seperti tangan pocong keluar dari cermin atau adegan pecahan kaca tampak seadanya. Tapi justru karena kekurangannya ini, “Mangku Pocong” memiliki pesona kelas B yang unik dan menghibur.
Saya harus mengapresiasi sinematografi dalam beberapa adegan, seperti setting rumah dari sudut atas yang menampilkan komplek layaknya perumahan dinas TNI AU. Detail kecil seperti ini, entah disengaja atau tidak, berhasil menghadirkan tawa kecil di tengah ketegangan.
Highlight Film: Plot Twist Gila dan Totalitas Pemeran
Salah satu kekuatan terbesar film ini adalah plot twist-nya. Ketika kebenaran tentang pesugihan keluarga Hendri terungkap, saya tak bisa menahan seruan kaget. Twist ini berhasil membangkitkan kembali semangat menonton di saat alur mulai terasa membosankan.
Peran Samuel Rizal sebagai sosok pelindung keluarga pun memberikan napas baru, meski gaya rambut awut-awutannya sempat membuat bingung mengingat timeline cerita.
Yang paling mencuri perhatian adalah akting adik Nurul. Di tengah akting yang mayoritas kaku, ia tampil cukup natural dan membawa energi tersendiri dalam film.
Kekurangan Film “Mangku Pocong”
-
Dialog: Banyak dialog terasa datar dan tak mengalir natural.
-
Logika Cerita: Banyak sekali celah logis dalam plot yang membuat cerita terasa dipaksakan.
-
Penggunaan CGI: Efek spesial terkesan tempelan dengan budget minim.
Namun, bagi pencinta horor Indonesia yang kangen dengan suasana film pocong 2000-an, film ini bisa jadi hiburan guilty pleasure yang tak perlu dipikirkan terlalu dalam.
Prediksi Ketersediaan Streaming “Mangku Pocong”
Saat artikel ini ditulis, film “Mangku Pocong” belum tersedia untuk ditonton online. Namun, melihat pola perilisan film-film lokal sebelumnya, ada kemungkinan besar film ini akan tersedia di beberapa platform streaming seperti:
-
Disney+ Hotstar Indonesia
-
Netflix Indonesia
-
Prime Video Indonesia
-
Vidio
Untuk memantau ketersediaan resminya, Anda dapat cek tautan berikut secara berkala: JustWatch Mangku Pocong.
Kesimpulan
“Mangku Pocong” mungkin bukan film horor dengan kualitas terbaik, namun justru kekacauan dan parade pocongnya yang absurd membuatnya menarik untuk ditonton. Bagi Anda yang mencari hiburan horor kelas B dengan banyak jump scare, film ini layak dipertimbangkan.
Sudah siap menghadapi parade pocong paling absurd tahun ini? Pastikan Anda tonton film “Mangku Pocong” di bioskop terdekat dan nantikan kehadirannya di platform streaming favorit Anda! Jangan lupa pantau JustWatch untuk update terbarunya!