Watch Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu (2024) Streaming

Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu (2024)

15266 votes, average 5.0 out of 10

Review Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu (2025)

Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu atau versi internasionalnya Life is Filled with So Much of You adalah adaptasi dari novel karya Pidi Baiq. Disutradarai oleh Kuntz Agus dengan naskah yang ditulis oleh Pidi Baiq dan Titien Wattimena, film ini menyuguhkan kisah cinta yang kompleks dan tidak biasa—antara Sadali (Ajil Ditto), pemuda calon seniman dari Bukittinggi, dengan Mera (Adinia Wirasti), seorang janda beranak satu yang jauh lebih tua darinya.

Kisah dibuka dengan Sadali yang bersiap merantau ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi seni di ISI. Sebelum pergi, ia telah menjalani proses taaruf dengan Arnaza (Hanggini), perempuan dari desanya yang dijodohkan oleh keluarga. Namun, di tanah rantau, Sadali justru jatuh cinta pada Mera—pemilik rumah kos sekaligus pemilik galeri seni dan restoran.

PLAY NOW

Watch Now

Konflik Internal yang Menyayat

Perjalanan Sadali bukan hanya fisik, tetapi juga emosional. Ia dihadapkan pada dilema moral antara cinta yang tumbuh secara alami dan janji yang sudah terikat. Film ini menyoroti pertarungan batin, ketidakmatangan emosi, dan idealisme cinta yang berbenturan dengan realita sosial. Apakah cinta yang datang kemudian lebih tulus daripada cinta yang telah dirancang?


Eksplorasi Tema Cinta Beda Usia

Uniknya, film ini berani mengeksekusi tema age-gap romance, sesuatu yang jarang diangkat dalam sinema Indonesia. Mera yang matang, independen, dan tengah melalui proses perceraian, berlawanan kontras dengan Sadali yang lugu, pemalu, dan penuh idealisme. Dinamika ini menghasilkan ketegangan emosional yang menarik, meski terasa kurang dalam pendalaman motivasi hubungan mereka.


Penampilan Akting: Antara Harapan dan Kenyataan

Salah satu elemen yang cukup kontroversial dari film ini adalah pemilihan pemeran utama. Ajil Ditto sebagai Sadali dinilai oleh banyak penonton sebagai miscast. Penampilannya tidak cukup kuat untuk membawa karakter puitis ala Pidi Baiq. Pengucapan dialog puitis terasa kurang alami, dan chemistry-nya dengan Adinia Wirasti agak janggal.

Namun, Adinia Wirasti justru menjadi pusat gravitasi film ini. Ia tampil memesona dengan karakter Mera yang hangat, kuat, dan rapuh sekaligus. Suaranya yang khas dan ekspresi wajahnya mampu menghidupkan emosi yang tertahan di antara adegan.


Kritik Visual dan Sinematografi

Walau mengusung latar akhir 90-an, film ini kurang konsisten dalam membangun suasana era tersebut. Elemen kostum, musik, dan latar kota tidak sepenuhnya mendukung setting waktu. Musik pun terasa acak dan kurang menyatu dengan narasi.

Namun, secara sinematografi, beberapa adegan menonjol dengan komposisi visual yang apik. Adegan Sadali melukis di tembok restoran atau Mera yang menatap kosong di galeri menjadi highlight visual yang menggambarkan konflik batin para karakter.


Naskah dan Dialog: Khas Pidi Baiq, Manis tapi Kadang Terlalu Puitis

Gaya tutur Pidi Baiq yang khas tetap mendominasi—banyak dialog manis, gombalan puitis, dan narasi ringan. Tapi justru di situlah muncul pro dan kontra. Beberapa dialog terasa sangat “Dilan”, yang membuat karakter Sadali seperti perpanjangan dari karakter tersebut, bukan sebagai individu baru.


Karakterisasi Lemah di Beberapa Titik

Penonton merasa kehilangan latar belakang dan motivasi yang kuat atas ketertarikan Sadali terhadap Mera. Apakah hanya karena kecantikannya? Sayangnya film kurang menggali alasan emosional atau intelektual di balik hubungan mereka.

Arnaza sebagai karakter tunangan pun terasa terlalu polos dan “tertahan”. Hubungan jarak jauh lewat surat menjadi narasi yang kurang efektif menyampaikan intensitas emosi, apalagi ketika Sadali tergoda oleh cinta baru.


Wardrobe dan Visual Representasi yang Berkelas

Pujian patut diberikan kepada kostum yang digunakan Adinia Wirasti. Dipilih langsung oleh Hagai Pakan, tampilannya sangat merepresentasikan karakter perempuan dewasa yang artsy dan elegan. Ini memberi nilai artistik tambahan bagi keseluruhan visual film.


Chemistry yang Tak Merata

Sayangnya, chemistry antara Sadali dan Mera, meski mencoba tampil natural, tidak selalu terasa menyatu. Terkadang terasa lebih seperti hubungan ibu-anak dibanding pasangan kekasih. Hal ini tentu memengaruhi pengalaman menonton yang seharusnya emosional dan menyentuh.


Alur Cerita: Simpel tapi Terlalu Sederhana

Dengan premis yang menjanjikan, sayangnya cerita tidak menampilkan kompleksitas konflik secara maksimal. Banyak adegan terasa dipercepat dan tidak cukup memberi ruang pada perkembangan karakter. Untungnya, film ini memiliki sekuel, sehingga diharapkan penonton mendapat jawaban dari benang merah yang menggantung.


Skoring dan Soundtrack yang Mengalun Syahdu

Salah satu kekuatan film ini adalah pemilihan soundtrack. Lagu dari Budi Doremi, Bernadya, dan Bilal Indrajaya berhasil membungkus nuansa romantis dengan kesedihan dan harapan dalam porsi yang pas. Meski kadang pemilihan lagunya terasa random, namun tetap memberi warna emosional tersendiri.


Sisi Cringe dan Kelemahan Cerita

Beberapa penonton merasa bahwa film ini terlalu “cringe”, terutama di beberapa adegan yang terlalu dramatis tanpa fondasi kuat. Komedi romantis usia beda seharusnya memiliki lapisan emosional yang dalam, bukan sekadar bumbu manis-manis puitis.


Kritik Sosial Tersirat: Laki-laki dan Komitmen

Lewat karakter Sadali, film ini secara tidak langsung menyindir fenomena “boys will be boys”. Sadali digambarkan tidak konsisten, tidak jujur, dan belum matang dalam menyikapi komitmen. Meski demikian, ini memberikan refleksi nyata bagi penonton tentang betapa rumitnya mempertahankan hubungan dalam dunia modern.

Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu adalah sebuah karya yang berani mengambil tema tak biasa dengan eksekusi visual yang cukup manis. Meski banyak kekurangan dalam hal akting, konsistensi setting, dan pengembangan cerita, film ini tetap memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi penikmat romansa puitis dan penggemar karya Pidi Baiq.


Tonton Dimana?

Kamu bisa menonton Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu secara resmi melalui platform streaming Netflix Indonesia.


FAQ

Apakah film ini cocok untuk semua umur?
Film ini lebih cocok untuk penonton remaja ke atas, mengingat tema hubungan dewasa dan konflik batinnya.

Apakah film ini benar-benar berdasarkan novel?
Ya, film ini diadaptasi dari novel karya Pidi Baiq yang dirilis beberapa tahun sebelumnya.

Apakah akan ada sekuelnya?
Ya, film ini telah dirancang memiliki dua bagian. Jadi banyak hal yang belum dijelaskan kemungkinan akan hadir di sekuelnya.

Bagaimana chemistry antara Sadali dan Mera?
Chemistry-nya unik, meski kadang terasa kurang menyatu karena perbedaan usia yang mencolok dan karakterisasi yang belum dalam.

Apakah visual film ini memuaskan?
Secara keseluruhan cukup memuaskan. Visualnya artistik dan mendukung nuansa cerita, walau latar 90an kurang terasa otentik.

Siapa yang paling menonjol di film ini?
Adinia Wirasti adalah bintang utamanya. Karakternya kuat, emosional, dan sangat mencuri perhatian.


Sudahkah kamu menyaksikan film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu? Jika belum, segera tonton di Netflix dan rasakan sendiri manis getir cinta beda usia ala Sadali dan Mera. Jangan lupa bagikan pendapatmu di kolom komentar!

Posted on:
Genre: Drama, Romance
Year:
Duration: 99 Min
Country:
Release:
Language:English, Bahasa indonesia
Director: