Review Film: Kuasa Gelap (2024) – Kekuatan Eksorsisme dalam Balutan Horor Indonesia
Film Kuasa Gelap yang dirilis pada awal Oktober 2024 hadir sebagai angin segar dalam dunia perfilman horor Indonesia. Disutradarai oleh Bobby Prasetyo dan diproduksi oleh Paragon Pictures serta Ideosource Entertainment, film ini membawa nuansa eksorsisme dengan pendekatan agama Katolik yang jarang ditemui di horor lokal. Meski niat baiknya untuk menghadirkan eksorsisme ala Barat patut diapresiasi, Kuasa Gelap masih memiliki beberapa kekurangan yang membuatnya kurang maksimal dalam menakut-nakuti penonton.
Sinopsis Singkat
Film ini mengisahkan tentang Pastor Rendra (Lukman Sardi), seorang ahli eksorsisme yang sudah tua dan sedang menghadapi keraguan iman. Ia dipanggil untuk menangani dua gadis muda, Kayla (Lea Ciarachel) dan Cilla (Freya JKT48), yang kerasukan setelah mencoba memanggil arwah melalui boneka jelangkung. Pastor Rendra tidak bisa melakukannya sendiri dan meminta bantuan Romo Thomas (Jerome Kurnia), yang juga sedang menghadapi pergulatan batin setelah kehilangan ibu dan adiknya dalam kecelakaan tragis.
Yang menjadi tantangan mereka bukan hanya sekadar arwah biasa, melainkan iblis yang jauh lebih kuat dan memiliki kaitan dengan masa lalu kelam ibu Kayla, Maya (Astrid Tiar). Kisah ini membawa penonton pada petualangan eksorsisme yang penuh dengan ketegangan, simbol agama, dan misteri.
Penilaian Visual dan Sinematografi
Sinematografi Kuasa Gelap memberikan beberapa momen visual yang mengesankan, meski tidak selalu konsisten. Adegan di gereja dengan pencahayaan yang lembut memberikan kesan aman, namun berbanding terbalik dengan suasana mistis di rumah yang penuh dengan bayang-bayang gelap. Sayangnya, efek CGI dalam beberapa adegan, terutama pada iblis dan eksorsisme, terlihat kurang halus. Salah satu contohnya adalah ketika karakter kerasukan dicelupkan ke kolam, lalu tiba-tiba “terbang” dengan efek kabut yang terlihat berlebihan, mirip dengan efek komedi di acara televisi.
Penggunaan kamera oleh Bobby Prasetyo juga memunculkan beberapa momen ikonik, seperti adegan kamera yang diputar 360° di saat eksorsisme, namun ini justru berpotensi membuat penonton merasa pusing dan bingung. Transisi yang kurang halus serta efek CGI yang tidak maksimal menurunkan kesan horor dalam beberapa adegan penting.
Make-up dan Desain Karakter Iblis
Dari sisi desain karakter, iblis dalam film ini sebenarnya memiliki potensi besar untuk menjadi sosok yang menakutkan. Namun, sayangnya, make-up yang digunakan terlalu tebal sehingga membuat penampilan iblis terasa kurang natural. Hal ini mengurangi kesan seram dan menakutkan yang seharusnya tercipta. Penonton horor sejati mungkin merasa kecewa karena iblis yang ditampilkan malah terlihat lebih seperti karakter film Halloween ketimbang sosok yang menebar teror.
Akting dan Karakterisasi
Dari segi akting, Lukman Sardi seperti biasa tampil solid dengan perannya sebagai Pastor Rendra. Aktingnya mampu menggambarkan sosok seorang pemimpin spiritual yang kuat namun rapuh karena trauma masa lalu. Jerome Kurnia sebagai Romo Thomas juga cukup meyakinkan meski peran ini tidak terlalu mendalam. Yang cukup menarik adalah debut Freya JKT48 dalam film horor, yang meskipun belum sempurna, tetapi menunjukkan potensi besar untuk karirnya ke depan.
Sayangnya, karakterisasi dalam film ini kurang dieksplorasi dengan baik. Hubungan antara para tokoh, terutama antara Pastor Rendra dan Romo Thomas, terasa kurang mendalam, sehingga emosi penonton tidak benar-benar terhubung dengan pergulatan batin mereka. Klimaks film yang melibatkan eksorsisme juga terasa datar, dan penonton tidak diberikan cukup alasan untuk peduli dengan nasib karakter-karakter utama.
Jumpscare dan Atmosfer Horor
Sebagai film horor, Kuasa Gelap memberikan beberapa jumpscare yang cukup rapi dan efektif, terutama di dua adegan yang benar-benar bisa mengejutkan penonton. Namun, masalah muncul dari penempatan music scoring yang terlalu berlebihan. Musik latar yang keras dan menggelegar sering kali merusak suasana horor, membuat momen-momen menakutkan justru terasa kurang intens.
Ini menjadi salah satu kelemahan umum di film horor Indonesia, di mana suara latar digunakan terlalu dominan untuk memaksakan ketakutan, padahal visual dan atmosfer yang lebih halus bisa jauh lebih efektif. Beberapa adegan yang seharusnya mencekam, akhirnya malah terkesan biasa saja karena ketidakseimbangan antara audio dan visual.
Kemungkinan Tayang di Platform Streaming
Saat artikel ini ditulis, Kuasa Gelap masih tayang di bioskop. Namun, melihat tren film horor Indonesia, film ini kemungkinan besar akan segera tersedia di platform streaming seperti Netflix atau Disney+ Hotstar. Kedua platform ini seringkali menjadi rumah bagi film-film Indonesia setelah masa tayang bioskop selesai. Netflix memiliki rekam jejak yang kuat dalam menyajikan film horor lokal, sehingga mungkin saja Kuasa Gelap akan menjadi salah satu film yang segera hadir di platform tersebut.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, Kuasa Gelap adalah sebuah usaha yang patut diapresiasi untuk membawa eksorsisme ke dalam dunia horor Indonesia. Meski ada beberapa kekurangan dari segi visual, make-up, dan storytelling, film ini tetap layak ditonton bagi pecinta horor yang ingin merasakan suasana baru di bioskop. Bobby Prasetyo dan timnya berhasil menciptakan atmosfer horor yang berbeda, meski belum sempurna.