Perewangan (2024): Ulasan Film Horror Mencekam, Pengalaman Sinematik Menghantui
“Perewangan” adalah film horor terbaru yang diarahkan oleh Awi Suryadi, tayang pada tahun 2024. Film ini menceritakan kisah Maya (diperankan oleh Davina Karamoy) yang mengalami berbagai kejadian aneh dan teror bersama keluarganya. Setelah kematian ayahnya, teror tersebut semakin memburuk, membawa penonton ikut serta dalam perjalanan Maya mengungkap misteri gelap di balik keluarga mereka.
Sebagai salah satu film horror yang dinantikan pada tahun 2024, Perewangan karya Awi Suryadi membawa konsep baru dengan eksplorasi teknik sinematik yang intens. Mengusung tema teror supranatural dalam keluarga, film ini menggambarkan kisah Maya yang hidupnya dihantui oleh kekuatan jahat setelah kepergian ayahnya. Berbekal kombinasi drama dan horror, Perewangan menyajikan pengalaman berbeda bagi penonton yang ingin merasakan ketegangan tanpa terlalu banyak jumpscare.
Sinopsis Singkat Perewangan (2024)
Film Perewangan mengikuti kisah Maya, yang mulai mengalami kejadian-kejadian ganjil setelah ibunya jatuh sakit dan ayahnya meninggal dunia. Seluruh teror itu tampaknya dipicu oleh ambisi tersembunyi dari para kerabat Maya yang berusaha menguasai warisan keluarga. Namun, yang paling menakutkan bukanlah permusuhan antar keluarga, melainkan makhluk supranatural yang hadir sebagai manifestasi keserakahan manusia. Dibalik keinginan keluarga yang selalu mengincar kekayaan, ada ancaman yang lebih besar, yang membuat kehidupan Maya semakin mencekam.
Kesan Visual: Kamera dan Teknik POV yang Imersif
Dari segi visual, Perewangan menggunakan teknik pengambilan gambar yang unik. Kamera dengan sudut pandang orang pertama (POV) memberikan efek seolah-olah penonton sedang terlibat langsung dalam teror. Metode ini menambah rasa mencekam tanpa terlalu mengandalkan efek kejut, yang sering kali menjadi ciri film horror lainnya. Teknik pengambilan gambar ini juga dibarengi dengan scoring musik yang tidak berlebihan, membantu menciptakan atmosfer yang intens tanpa terasa terlalu dipaksakan. Dengan menggunakan teknik first-person point-of-view (POV), “Perewangan” berhasil menciptakan pengalaman menonton yang sangat imersif. Sudut pandang ini tidak hanya membuat penonton merasa seakan-akan mengalami teror secara langsung, tetapi juga menambah nilai artistik pada visual film.
Sayangnya, Perewangan juga memiliki kelemahan dalam eksekusi teknis, terutama dalam penggunaan efek CGI di beberapa adegan yang dianggap kurang realistis. CGI yang ada terlihat agak berlebihan di beberapa titik, membuat penonton justru keluar dari nuansa horror yang sedang dibangun.
Plot dan Karakter: Memadukan Drama Keluarga dengan Horror
Alur cerita Perewangan sebenarnya menawarkan narasi yang kuat dengan konflik antar karakter. Karakter utama Maya diperankan dengan apik oleh Davina Karamoy yang sukses menunjukkan ketakutan dan keteguhan hatinya dalam menghadapi ancaman dari makhluk gaib dan keluarganya sendiri. Akting Ully Triani sebagai Sudarsih, sosok misterius yang mempengaruhi kehidupan Maya, turut menambah daya tarik cerita ini.
Namun, meski akting pemain mampu menghadirkan emosi yang kuat, ada bagian-bagian dari plot yang terasa terlalu lambat dan repetitif. Beberapa adegan dramatis ditampilkan berulang kali, membuat alur cerita terasa berat di tengah jalan. Transisi kamera yang berlebihan dan penggunaan rotasi kamera berulang kali juga menyebabkan beberapa penonton merasa kurang nyaman.
Kelebihan dan Kekurangan Perewangan
Kelebihan
- Sinematografi yang Menawan
Gaya visual dalam Perewangan cukup mengesankan, terutama dengan pilihan warna dan angle kamera yang mendukung tema horror. - Penokohan yang Kuat
Karakter Maya yang diperankan Davina Karamoy memiliki kedalaman emosional, membuat penonton merasa terhubung dengan perjuangannya. - Minim Jumpscare
Perewangan berhasil menyajikan horror tanpa terlalu banyak mengandalkan jumpscare. Sebagai gantinya, film ini menggunakan atmosfer dan suasana menakutkan yang lebih kuat.
Kekurangan
- Ending yang Kurang Memuaskan
Adegan klimaks dalam film ini dinilai tidak sekuat ekspektasi, bahkan cenderung antiklimaks. - Penggunaan CGI yang Tidak Konsisten
Di beberapa bagian, efek CGI tampak kurang halus, sehingga mengurangi kesan realistik dalam adegan yang seharusnya menegangkan. - Pacing Alur yang Lambat
Beberapa adegan terasa berlarut-larut dan kurang signifikan terhadap pengembangan cerita, sehingga membuat sebagian penonton kehilangan fokus.
Kapan Perewangan Bisa Ditonton di Platform Streaming?
Saat ini, Perewangan masih tayang eksklusif di bioskop dan belum tersedia di platform streaming. Namun, melihat tren film-film Indonesia yang dirilis di berbagai layanan streaming, kita bisa memperkirakan kehadiran Perewangan di platform seperti Netflix, Disney+ Hotstar, atau Vidio dalam beberapa bulan mendatang. Bagi Anda yang tertarik menontonnya di rumah, JustWatch adalah sumber terpercaya untuk memantau ketersediaan Perewangan di layanan streaming Indonesia. Kunjungi JustWatch untuk cek ketersediaan streaming Perewangan dan dapatkan informasi terkini.
Kesimpulan: Worth Watching atau Tidak?
Perewangan adalah salah satu film yang pantas ditonton bagi penggemar horror yang menghargai sinematografi dan plot yang lebih berbobot daripada sekadar jumpscare. Meskipun memiliki beberapa kekurangan dalam eksekusi dan pace cerita, Perewangan berhasil menyajikan horror dengan pendekatan yang berbeda. Untuk Anda yang menyukai film dengan nuansa menegangkan dan dramatisasi yang kuat, Perewangan bisa jadi pilihan menarik di akhir pekan ini.
Buat yang penasaran dengan kisah teror Maya, jangan lupa saksikan langsung di bioskop untuk pengalaman horror yang maksimal. Sudah nonton? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar atau mention teman Anda yang juga penggemar horror! Bagi yang menunggu rilisnya di platform streaming, pantau terus JustWatch dan layanan streaming favorit Anda agar tidak ketinggalan saat Perewangan tersedia untuk ditonton online.